JENNIFER
Ini cerita gue sewaktu gue masih berada di negeri paman Sam. Waktu inilah gue kehilangan keperjakaan gue. Kejadiannya di Michigan , daerah yang dingin luar biasa buat gue soalnya gue paling enggak tahan cuaca dingin, sekitar empat tahun yang lalu. Buat kalian yang pesimis kalo cowok asia enggak bakalan bisa “jalan” sama cewek bule, terpaksa kalian harus buat teori yang baru. Gue pendekatan sama ini cewek lebih dari enam bulan, tapi penantian dan pengorbanan selama itu ternyata enggak sia-sia. Sampai-sampai gue stress berat pas kita bubaran. Namanya Jennifer. Dia itu keturunan Irlandia, berambut pirang dan bermata biru, cantik sekali!!
Suatu malam di ruang baca di rumahnya (gue pas lagi nginep di rumahnya), dia nyandarin kepalanya di bahu gue. Gue tahu kalo dia lagi begini pasti lagi minta disayang. Gue peluk dia, gue kecup keningnya dan matanya yang bening itu. Memang gue suka sekali nyium matanya yang biru itu. Dia tersenyum manja. Aduh kalo udah senyum itu seksinya man!!!! Gue enggak tahan, gue cium bibirnya. Tercium bau harum yang agak manis (gimana yah? gue juga binggung mau neranginnya). Gue jadi terbayang waktu pertama kali gue nyium dia. Kejadiannya di belakang mobil ortunya. Mana waktu itu bokapnya lagi yang nyetir! Gue sama Jenny duduk di belakang. Sewaktu mobil masuk jalan bebas hambatan, dia menguap kecapaian. Gue bimbing kepalanya ke bahu gue, pipi kita saling bersentuhan. Untung waktu itu malem, jadi bokapnya rada enggak tahu (kayaknya sih..). Waktu itu gue belum pernah nyium bibirnya dia. Maklumlah adat Timur gue bawa terus. Tapi sewaktu dia merem gue coba nyolong nyium bibirnya dia. Bau harum yang khas dari mulutnya dia makin bikin gue pingin nyium bibirnya. Biar agak deg-degan gue cium juga bibirnya, eh ternyata dia emang udah ngarepin, bibir gue bales di cium dia. Lembut sekali bibirnya.
Kembali ke ruang baca. Waktu itu sehabis makan malam. Untuk ngisi acara kita nyewa video. Tapi perhatian gue enggak pernah semenitpun ke filemnya. Perhatian gue lebih terarah buat dia. Tapi karena dia terlalu cape dia ketiduran dulu di sofa. Sial, gue akhirnya nonton filemnya juga deh..
Mungkin karena orang-tuanya percaya sama gue, mereka enggak meriksa kita lagi ngapain. Pas filemnya selesai gue bangunin Jenny yang masih ketiduran di pelukan gue. Gue cium bibirnya, dia menggeliat kaget. Tapi pas sadar dia bales nyium gue. Pertama-tama “gentle” tapi lama-lama semakin buas. Lidah kita bak ular yang sedang bercumbu, saling bergulat penuh nafsu. Sekali-kali gue telusuri lehernya yang jenjang dengan ciuman sambil sekali-sekali ke telinganya dia. Setiap gue masukin lidah gue ke telinga dia, dia berdesah panjang sambil manggil nama gue… Tangan gue yang dari tadi nganggur mulai gerilya. Sambil terus “french kissing”, tangan gue masuk dari bawah bajunya dia yang agak longgar. Jenny cuma pakai hem longgar sama celana dalam sebagai piyama. Dia cuma tersenyum manja sewaktu tangan gue masuk. Wah lampu hijau nih!
Tanpa ragu-ragu tangan gue terus naik ke arah dadanya. Pas jari-jari gue nyentuh buah dadanya dia menarik nafas dalam dan bibir gue digigit dengan lembut. Telunjuk gue bergerak melingkari puting susunya yang ternyata sudah mengeras. Sekali lagi dia menggerang keenakan. Satu persatu gue buka kancing bajunya. Tangan gue tangkas sekali melepas bajunya. Untuk pertamakali gue melihat langsung buah dada wanita! Yang pertama dan yang teristimewa! Di depan gue tergeletak gadis cantik setengah telanjang yang pasrah mau diapakan saja. Tanpa berpikir kalau orang-tuanya bisa masuk kapan saja gue lepas baju gue. Kembali gue hujani Jenny dengan ciuman. Gue telusuri setiap inci dari tubuhnya dengan kecupan. Dari lehernya yang jenjang turun ke dada. Gue kulum puting susunya. Gue permainkan puting susunya dengan lidah gue sambil sekali-sekali kuselingi dengan hisapan lembut. Bergantian gue kulum buah dadanya yang kanan dan kiri. Jenny sepertinya hanya bisa berbaring pasrah sambil sekali-sekali berdesah keenakan. Bibir gue terus meluncur ke arah perutnya yang ramping. Sampai di pusarnya, gue masukin lidah gue ke pusarnya. Lalu gue buat gerakan menghisap dengan mulut gue. Tangan Jenny cepat mengangkat kepala gue sambil berbisik “Ari, you teaser you…”. Mungkin rasa dingin dari pusarnya itu yang membuat dia memanggil gue penggoda. Terhenti sesaat membuat gue semakin menggila. Gue cium selangkangannya. Bau harum yang tercium membikin gue agak heran. Hebat dan rajin sekali dia merawat tubuhnya… Bibir gue terus bergerak kebawah, ke arah pahanya yang mulus dan tak berbulu satupun!! Kakinya yang indah itulah yang membuat gue betah “jalan” bareng dia. Memang gadis-gadis di negeri paman Sam, selalu mencukur bulu kaki dan ketiaknya. Perlahan gue mencium naik kearah pangkal pahanya sambil menyibak kakinya. Kucium daerah kewanitaannya yang masih tertutup celana dalam. Agak basah terasa. Kembali bibir dan lidah gue beraksi menciumi buah dadanya. Gerakan menggeliat Jenny semakin hebat. Sementara itu tangan gue masuk ke celana dalamnya dan jari gue bergerak kebagian tubuhnya yang paling sensitive. Saat itu gue samar-samar dengar Jenny merintih “Ari, I want you inside me”. Kembali gue arahkan “serangan” bibir gue kearah pangkal pahanya. Celana dalamnya terasa semakin basah. Beberapa kali lidah gue terjulur dan menjilat bagian tubuhnya yang paling sensitive itu. Saat Jenny menggeliat dan mengangkat pinggulnya gue lepas celana dalamnya. Saat itu gue lihat rambut kemaluannya yang terawat dan tercukur rapi. Kembali gue tenggelam di antara kakinya. Kali ini lidah gue menelusuri bibir kemaluan Jenny. Gue kecup bibir kemaluannya sementara lidah gue mencoba menyibak garis vertikalnya. Seperti ular yang kesetanan mencari rumahnya, begitu pula lidah gue di kemaluan Jenny. Bergantian lidah gue menelusuri dinding luar kemaluan, klitoris dan liang kenikmatannya. Tak lama Jenny menarik badan gue ke atas dan mengulum bibir gue. “Stop teasing me, I want you inside me”. Agak terkejut, gue cuma tersenyum kecil. Dengan lincah jemari Jenny yang lentik melepas celana panjang gue (gue jarang pakai celana dalam, sesak..) Sekarang badan kita saling berhimpit tanpa ada selembar benangpun yang menghalangi. Sementara lidah gue menelusuri mulut Jenny, tangan gue menuntun kemaluan gue ke pangkal paha Jenny. Sedikit kumasukan kepala kemaluan gue ke liang kenikmatanya Jenny. Gue rasakan badannya mengejang disertai erangan kecil. Perlahan-lahan gue dorong pinggul gue sehingga seperempat dari kemaluan gue terbenam di vaginanya Jenny. Sensasi luar biasa sewaktu kemaluan gue masuk ke vaginanya Jenny. Entah setan mana yang merasuki gue waktu itu, gue enggak inget lagi sama orang-orang seisi rumah yang kapan saja bisa masuk ruang baca itu. Pinggul gue bergerak seirama dengan detak jantung gue yang saat itu terasa semakin cepat. Semakin cepat dan dalam kemaluan gue bergerak menembus vaginanya Jenny. Saat itu bibir dan lidah gue tidak tinggal diam. Dengan mesra gue cium buah dadanya sambil mengulum putingnya. Tangan gue menggenggam tangannya dia, seakan-akan tubuh kita benar-benar menjadi satu. Desahan Jenny terdengar semakin berat dan memburu. Tangannya kadang-kadang membantu gerak pinggul gue, seakan-akan hendak mengatakan untuk mempercepat gerakan gue. Saat mulut gue menghisap buah dadanya, Jenny mendadak memegang erat tangan gue. Dengan agak terkejut gue melihat expresi wajahnya Jenny. Keningnya mengerut dengan mata indahnya terpejam dan badanya mengejang. Seiringan dengan itu Jenny merapatkan kakinya menjepit gue. Gue yang juga sudah hampir kepuncak tidak bisa bertahan lebih lama sewaktu melihat expresi wajah Jenny sewaktu dia orgasme dan otot kemaluannya juga berkontraksi menjepit kemaluan gue lebih erat. Dengan satu hentakan kuat gue dorong kemaluan kedalam sambil melepas sperma hangat di dalam kemaluan Jenny. Dengan lemah gue jatuh di pelukan Jenny. Sambil tersenyum manis Jenny mengecup bibir gue sambil berbisik, “I love you Ari”. Entah bagaimana gue langsung tertidur di tempat tidur lipat dari sofa setelah pengalaman yang terasa “out of this world” itu. Hanya saja paginya gue harus direpotkan dengan bercak darah di celana panjang dan alas tidur gue……………………..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar