Keindahan pengganti
Cerita ini merupakan kisah pribadi saya yang terjadi sekitar tahun 1999. Cerita ini berawal ketika saya mulai melanjutkan studi di satu perguruan tinggi swasta di kota Bandung. Saya sendiri datang dari daerah yang terpencil jauh dari keramaian dan pergaulan kota.
Nama saya Kaka, usia sekarang 25 tahun. Saya dibesarkan di keluarga yang sangat keras. Walaupun bukan dari kalangan militer, namun ibu selalu mendidik saya dengan keras. Dan hasilnya memang terbukti, saya menjadi anak mami yang super penurut dan alim. Dalam hal pendidikan pun saya selalu masuk ranking.
Kerasnya ibu dalam mendidik saya, telah menjadikan saya sebagai seorang pemuda ‘kuper’. Saya tidak biasa mengikuti trend mode terbaru yang selalu ditiru oleh pemuda-pemuda lain. Tapi biarlah itu tidak terlalu masalah bagi saya. Ibu sangat melarang keras saya untuk mempunyai pacar, alasannya takut mengganggu sekolah. Namun bagaimana pun pembaca, saya ini seorang pria normal yang membutuhkan teman wanita untuk berbagi cerita suka dan duka.
Secara diam-diam saya menjalin kisah cinta monyet di SMA kelas dua. Namanya Lulu, dia anak orang kaya, cantik, pintar, pokoknya saya cinta berat sama dia. Saya dan dia kebetulan beda kelas, namun saya tetap berhubungan dengan dia selepas bubaran sekolah. Kisah cinta saya dengannya berjalan normal-normal saja. Namun terus terang saja saya kalah agresif dengannya. Saya sendiri sangat malu untuk sekedar menciumnya, walaupun hasrat di hati sangat menggebu-gebu.
Hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan, tahun demi tahun, saya lalui dengannya sampai akhirnya saya harus pergi ke kota Bandung untuk melanjutkan studi. Sewaktu pergi saya beranikan diri untuk sekedar memberi ciuman sebagai tanda perpisahan. Lucunya.. waktu saya menciumnya, justru dia yang malah mendahului saya, sehingga saya gelagapan sekaligus senang dan nikmat sekali rasanya. Bibir kami saling berpagut hampir 5 menit. Saya pun menikmati permainan ini.
Keesokan harinya, saya pergi ke kota Bandung. Perasaan sedih menghinggapi diri, ketika melihatnya menitikkan airmata untuk melepaskan kepergian saya.
Saya pun akhirnya kuliah, setiap bulan saya selalu berkomunikasi walaupun hanya dalam selembar surat. Saya tidak dapat pulang setiap bulan menemuinya, karena walaupun pulang saya tidak dapat menemuinya karena ibu akan sangat marah kalau saya ketahuan pacaran. Yang lebih parah lagi, kalau ketahuan saya pacaran, biaya kuliah saya akan dicabut.
Tidak terasa saya sudah hampir 5 semester, dan selama itu pula saya tidak berjumpa dengannya. Padahal saya sangat rindu berat untuk bertemu dengannya, hingga suatu peristiwa datang menghampiri kehidupan saya yang merupakan cerita perubahan hidup saya.
Kisah ini terjadi sewaktu saya turut serta dalam sebuah acara kampus, tepatnya penerimaan mahasiswa baru. Tidak sengaja, saya berjumpa dengan seorang mahasiswi, dan ya ampun.., dia itu wajahnya mirip sekali dengan Lulu pacar saya di SMA itu. Wajahnya, bodynya, rambutnya, pokoknya segalanya dech, namun yang ini, lebih seksi, terlihat dari bentuk payudaranya yang aduhai.
Lanjutnya saya pun menjalin kisah asmara dengannya. Namanya Hani, asalnya dari Sumatra, dan kebetulan saya satu fakultas dengannya. Kisah asmara ini berbulan-bulan berjalan tanpa sepengetahuan ibu.
Suatu hari saya mengajaknya ke kontrakan saya di sekitar jalan Setiabudi. Di kontrakan saya, dia menonton televisi, sedangkan saya hanya memandangi wajahnya yang menurut saya itu adalah Lulu. Kebetulan waktu itu Hani memakai pakaian kaos ketat warna hitam, sehingga nampak sekali payudaranya menonjol.
“Kenapa lihat-lihat, ada yang aneh?” tanya Hani ketika saya sedang memperhatikannya.
“Nggak.. cuma lagi menikmati ciptahan Tuhan.” jawab saya.
“Ciptaan Tuhan..?” ujar Hani sambil menatap saya.
Saya tatap matanya yang bening, saya dekatkan wajahnya, lalu secara refleks bibir saya mendekati bibirnya.
“Jangan ach..,” ucapnya sambil memalingkan wajahnya.
Namun kerinduan saya terhadap Lulu telah mendorong saya untuk lebih berani mendekatinya. Saya peluk dia dari belakang, tangan saya memeluk kedua perutnya, sedangkan wajah saya menciumi rambutnya. Saya gesekkan hidung terhadap rambutnya, akh… wangi sekali rambutnya.
Kali ini Hani diam saja. Pelan-pelan saya tarik tangan ke atas menyentuh payudaranya. Hani pun hanya terdiam dan nampaknya dia pun sangat menikmati permainan ini. Akh.., besar sekali payudaranya, tangan pun hampir tidak muat memegangnya.
Masih dalam balutan kaos ketatnya, saya remas perlahan payudaranya.
“Akh..!” Hani mendesis.
Mulut pun beralih ke belakang telinganya, dan.. Hani membalikan tubuhnya, lalu bibirnya mencium bibir saya. Saya kaget sekaligus senang. Saya kulum bibir tipisnya, berpindah dari bibir atas ke bibir bawah, begitulah seterusnya sampai saya hampir merasa kehabisan napas.
Yang paling mengasyikan dari permainan ini adalah sewaktu Hani menyuruh mengeluarkan lidahnya, kemudian Hani menarik lidah saya ke mulutnya dan mengulumnya hingga kadang gigi kami saling beradu. Enak sekali rasanya, tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata.
Sementara bibir kami saling berpagut, kedua tangan pun mulai beraksi menggerayangi payudaranya. Saya masukkan tangan ke dalam baju ketatnya, dan terasalah ‘gunung kembar’ yang cukp besar. Walaupun masih terbungkus BH, namun tangan saya dapat dengan leluasa meremasnya.
“Kamu nakal..!” ucap Hani sambil melepaskan pagutannya.
Namun saya terus memburunya, kali ini ciuman saya arahkan ke bagian lehernya yang jenjang.
“Oh… Ohh… shh.. akh… terus.. terus..!” desah Hani sambil menekankan kedua tangannya ke kepala sehingga wajah saya amblas di lehernya.
Setelah puas tangan ini meremas kedua ‘bukit kembar’-nya, kali ini saya tarik ke atas baju ketatnya, perlahan tapi pasti. Nampaklah kedua payudaranya yang putih dan mulus, sementara penis ini sudah menegang dan menyilang di dalam celana dalam saya.
Nampak kedua gundukan payudaranya terbungkus BH berwarna hitam. Saya tarik tali belakang BH Hani, dan ola-la… Kali ini Hani sudah tidak memakai BH lagi dan nampaklah sepasang payudara yang besar dan putingnya yang berwarna kemerahan. Saya cium, saya kulum, lalu sedikit gigit putingnya.
“Oshh… achh.. hh… ngg..!” Hani meracau merasakan kenikmatan indahnya permainan ini.
Saya pindahkan ciuman ke payudara sebelahnya dan Hani pun melenguh kenikmatan.
Sementara itu tangan Hani mulai membuka kemeja saya. Satu demi satu kancingnya terlepas, sehingga saya pun tidak memakai baju lagi. Puas memainkan kedua payudaranya, bibir saya mulai memainkan pusarnya dan lagi-lagi Hani melenguh kegelian.
Kali ini birahi sudah sampai di ubun-ubun. Saya buka celana jeans-nya yang membalut pahanya, dan ternyata Hani memakai celana dalam berwarna pink bermotifkan renda. Saya tarik celana dalamnya, nampaklah vagina Hani yang indah, bulunya masih sedikit. Lalu kali ini ciuman saya arahkan ke vaginanya.
“Oh… ah.., shh.., Kaka.. aku udah mo keluar..!” ujar Hani sambil menggelinjang.
Kepalanya menggelinjang ke kanan dan kiri, sedangkan rambutnya sudah acak-acakan. Saya jilat kemaluan Hani yang berwarna sedikit kemerahan, kemudian menyedotnya.
Tiba-tiba.., “Aku keluaaar..!” ujar Hani sambil memelu tubuh saya keras-keras.
Sementara jari tangan saya membantu memutar liang kemaluannya agar Hani dapat merasakan orgasme yang luar biasa.
Melihat peristiwa itu saya sendiri sudah tidak tahan. Saya lepaskan celana jeans saya termasuk celana dalamnya, sehingga kami benar-benar bugil alias telanjang. Hani sendiri nampak kaget melihat penis saya. Penis saya memang tidak terlalu besar namun cukup panjang. Penis saya sudah tegang dan sudah siap untuk tinggal landas.
Nampaknya Hani sudah mengerti kalau saya sudah tidak tahan lagi. Lalu tangannya membimbing penis saya ke lubang kenikmatannya. Saya tekan perlahan batang penis saya ke lubang vagina Hani. Susah sekali. Lalu saya dorong pantat ke depan dan perlahan tapi pasti kepala penis saya masuk ke lubang kenikmatan Hani.
“Oh.. terus. Terus.., dorong lagi..!” ujar Hani kegelian.
Kepala penis saya sendiri terasa ada yang memijat-mijat, enak sekali rasanya. Lubang kemaluan Hani sangat kecil, sehingga penis ini tearasa sangat terjepit. Saya dorong lagi pantat dan bles.., seluruh batang kemaluan saya masuk ke lubang vagina Hani.
Kemudian setengah penis saya tarik keluar, lalu dorong ke dalam seperti gerakan orang sedang push-up.
“Oh.. yes.. yes… terus… terus… aku mo keluar lagi..!” ujar Hani sambil merem melek.
Saya percepat gerakan memompa sehingga terdengar bunyi yang unik yang keluar dari dalam liang senggama Hani. Sementara saya pun sudah mulai merasakan orgasme, saya percepat gerakan push-up, dan tiba-tiba saya merasa sperma mulai mengumpul. Dan, crot.. crot… crot..! Keluarlah sperma diiringi rasa nikmat yang luar biasa.
Sementara Hani sendiri mulai merasakan akan orgasme. Saya cabut penis yang kelelaham setelah bertempur. Saya masukkan jari telunjuk lalu memutar-mutar, saya jelajahi seluruh isi vagina Hani sampai akhirnya Hani merasakan kembali indahnya permainan cinta ini.
Hari-hari berikutnya kami sering mengulangi permainan ini, tentunya dengan variasi dan posisi yang berbeda. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, saya pun sering memakai ‘pelindung’ yang kadang Hani sendiri yang menyediakannya.
Ternyata bercinta itu mengasyikan, layaknya bermain sepak bola. Dimulai dari fore play sampai kenikmatan yang tiada bandingannya. Sementara itu, Lulu nampaknya tidak kuasa menolak keinginan orangtuanya untuk menikah dengan pria pilihan orangtuanya. Saya sendiri tidak dapat berbuat apa-apa. Ucapan saya padanya hanya satu, “Semoga kamu bahagia.”
Kisah cinta saya dengan Hani akhirnya kandas setelah Hani pulang ke Sumatra dan tidak pernah mau menghubungi saya lagi. Permasalahan yang kami hadapi sudah membuatnya melupakan lagi diri saya. Kini saya hidup sendiri lagi dan tentunya tidak dapat merasakan indahnya bermain cinta. Selamat jalan Lulu dan Hani sang pengganti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar