Kamis, 21 Agustus 2008

Derita dua gadis

Derita dua gadis

Saat ini ada seorang mahasiswi yang kebetulan sedang tugas magang di pabrik itu namanya Maya, usianya masih 19 tahun dan dia adalah seorang mahasisiwi Fakultas Teknik Industri pada sebuah perguruan tinggi negeri yang terkenal di kota Bandung. Maya cukup lincah dalam bekerja. Gadis cantik itu pintar dan rajin dalam melakukan tugas-tugasnya. Dia memiliki wajah yang imut-imut dan cantik sekali seperti mojang-mojang Bandung umumnya yang memiliki kulit putih bersih. Selama bekerja magang di pabrik itu, Tomi sering memperhatikan Maya. Potongan tubuhnya sintal padat proporsional dengan tinggi tubuhnya yang sekitar 160-an cukup membuat Tomi tertarik perhatiannya kepada Maya.

Penampilan Maya memang lain dibandingkan dengan gadis-gadis lainnya. Maya lebih senang menggunakan celana jeans dan baju yang ketat seperti umumnya penampilan seorang mahasiswi sehingga lekuk-lekuk tubuhnya terlihat jelas. Hal itulah yang membuat para lelaki dipabrik itu sering memandangi kemolekan tubuh Maya. Begitu pun dengan Tomi yang selalu mencuri-curi pandang melihat keindahan dan kemolekan tubuh Maya. Hal ini tidak disadari oleh Maya karena dia lebih serius untuk menyelesaikan tugas-tugasnya selama magang di pabrik itu.

Sesekali Tomi menyempatkan diri untuk memasang muka ramah dan bercakap-cakap dengan Maya hanya sekedar menukmati kecantikan wajah gadis tersebut. Padahal dengan karyawati atau buruh wanita yang lainnya boro-boro dia memasang muka ramah yang ada selalu tampang sangar yang diperlihatkannya dan ucapan-ucapan yang jauh dari keramahan. Singkat kata Tomi telah jatuh hati berat kepada Maya, mahasiswi cantik itu.
***
Beberapa detik kemudian suasana berubah, secepat kilat Maya diringkus oleh Cecep dan Afung yang memiliki tubuh tegap. Sedangkan temannya diringkus oleh Asep dan Ujang. Maya serta temannya mencoba melawan dan meronta-ronta akan tetapi beberapa pukulan dilayangkan oleh Cecep dan Afung dan akhirnya Mayapun pingsan. Setelah itu tubuh tak berdaya itu dibopong oleh Cecep.

Sementara itu teman Maya yang juga meronta ronta dibekap dan dipukuli oleh Ujang hingga akhirnya tak sadarkan diri pula. Lantas tubuhnya digendong oleh Asep.
“Beres semuanya boss…”, ujar Asep kepada Tomi yang kemudian keluar dari persembunyiannya.
“Good… good…, ayo lekas kita bawa ke rumah kosong itu”, perintah Tomi.

Penghadanganpun berjalan dengan sukses, sasaran telah dilumpuhkan dan kini siap “diproses”. Didalam rumah kosong itu tubuh Maya dan temannya dibaringkan disebuah dipan kayu. Kedua tangannya Maya diikat kebelakang.
Setelah lampu diruangan itu dinyalakan, kelima orang yang telah dirasuki nafsu itupun menggunam terkagum-kagum melihat kecantikan dan kemolekan tubuh Maya yang tengah tergolek pingsan. Dia menggunakan kaos lengan panjang serta jeans birunya yang kesemuanya berukuran ketat sehingga kemolekan tubuhnya terlihat jelas. Ternyata Tomi mengenali sosok wanita satunya yang juga ikut dilumpuhkan tadi.
“Ah gue inget ini kan si Anny, temannya Maya… wah… wah… sial sekali nasibnya”, ujar Tomi.
Anny memang teman akrab Maya, usianya lebih muda dari Maya yaitu 16 tahun, dan masih duduk dibangku kelas 2 SMU. Anny adalah keponakan dari pemilik kost dimana Maya tinggal.

Anny juga memiliki wajah yang manis, tubuhnya mungil namun padat.
“OK jatah gue si Maya… ini pengantin gue, yang satunya boleh elo sikat”, balas Tomi.
“Ok sekarang elu-elu pada nyingkir deh, silahkan elo bikin pesat sendiri sama si Anny itu, dan jangan ganggu malam pengantin gue, OK!”, ujar Tomi kepada teman-temannya.
“Sip boss… kita bikin pesta sendiri”, ujar Asep. Dan menyingkarlah ke-4 teman-teman Tomi sambil membopong Anny.
“Hmmm… sayangku… mari kita nikmati malam pengantin kita sayang…”, bisik Tomi kepada Maya yang tengah pingsan.

Dengan senyum kemenangan Tomi memandangi gadis itu yang tengah tergeletak di sebuah dipan kayu.
“Akhirnya aku dapatkan kau…” ujarnya dalam hati.
Kedua tangannya bergerak meraba payudara gadis itu. Mulanya pelan-pelan hingga lama kelamaan semakin keras, bahkan kini kedua tangannya dengan ganas meremas-remas payudara Maya yang kalau terlentang terlihat membukit, Tomi merasakan payudara Maya begitu lembut dan kenyal.

Setelah puas meremas-remas payudara Maya, kini Tomi mengeluarkan pisau lipatnya yang memang selalu dibawanya kemana-mana sebagai senjata. Dengan kasarnya kemudian Tomi merobek-robek baju kaos lengan panjang Maya, hingga tinggal BH putihnya saja yang menutupi kedua payudaranya yang berukuran 34B. Namun akhirnya diputuskannya tali BH itu dan dicampakannya BH itu kelantai sehingga kini terlihatlah kedua gundukan indah payudara Maya yang putih mulus, membusung kencang, dan padat berisi, dengan putting susunya yang masih mungil berwarna kemerahan. Setelah itu serta merta dengan bernafsu dikulumnya dan dijilat-jilatnya kedua payudara itu dengan sesekali digigit-gigitnya kedua puting payudara itu.
Puas dengan bagian payudara kini Tomi melepas celana jeans yang dikenakan Maya, sreett… sekali tarik terlihatlah bagian bawah dari Maya dengan celana dalamnya yang berwarna putih. Kedua mata Tomi kembali terbelalak melihat pemandangan indah itu, diusap-usapnya kedua paha putih mulus Maya juga gundukan dipangkal pahanya itu.

Sedang asyik asyiknya mengusap-usap gundukan kemaluan Maya, tiba-tiba terdengar suara kegaduhan dari ruang sebelah. Tomipun menghentikan aktifitasnya lalu bangkit seraya berlari mendekati arah suara itu. Sesampainya disuatu ruangan asal muasal suara itu, matanya kembali terbelalak melihat pemandangan erotis yang tengah terjadi diruangan itu. Jantungnya berdetak keras, birahinya memuncak melihat pemandangan diruangan itu. Diruangan itulah Tomi melihat Anny yang rupanya telah sadar tengah “dibantai” oleh Asep, Ujang, Afung dan Cecep.

Tubuh Anny yang dengan posisi merangkak nampak tengah disodomi dari belakang oleh Asep yang memiliki badan yang jauh lebih besar daripada Anny. Asep dengan sangat keras dan kasarnya mengocok-ngocok batang kemaluannya didalam lobang anus Anny. Mula-mula Anny meraung-raung ampun-ampunan karena kesakitan, namun teriakan-teriakannya tidak berlangsung lama karena kemudian dimulut Anny telah tertanam batang kemaluan Ujang. Ujang memposisikan dirinya didepan Anny, setelah berhasil menyumpalkan batang kemaluannya didalam mulut Anny kemudian dengan tangan kirinya yang memegang kepala Anny dia paksa kepala Anny untuk bergerak maju mundur.

Ujang dan Asep nampak sangat menikmati keadaan itu, mereka mendesah-desah merasakan nikmatnya bagin-bagian tubuh Anny itu. Tak berapa lama kemudian merekapun berejakulasi. Asep menyemburkan spermanya didalam lubang anus Anny dan sejenak kemudian Ujang memuntahkan cairan spermanya didalam mulut Anny. Nampak Anny megap-megap dibuatnya di saat harus menelan cairan sperma Ujang yang cukup banyak.

Setelah itu kedua orang tadi menyingkir dan posisinya digantikan oleh Cecep. Cecep ini baru berusia 23 tahun, namun perawakannya besar dan tinggi, batang kemaluannyapun nampak telah mengacung membesar dan siap menelan mangsa. Kini Cecep bersiap-siap menyetubuhi Anny, direntangkannya tubuh Anny yang kepayahan itu dan langsung ditindihnya. “Oouugghhh…”, Anny melengking disaat kemaluan Cecep yang besar itu melesak kedalam liang vaginanya. Pemandangan ini sudah cukup untuk membangkitkan birahi Tomi diapun berjalan meninggalkan ruangan pembantaian Anny itu dan kembali menghampiri Maya pasangannya.

Tiba-tiba Maya terbangun dan membuka mata. Maya kaget mendapati kedua tangannya terikat dan keadaan tubuhnya hanya tinggal celana dalam. Dan lebih kaget lagi ketika dihadapannya melihat Tomi tertawa terkekeh-kekeh menyaksikan dirinya yang tak berdaya.
“Rasain deh lu, makanya jadi cewek jangan sombong. Jadi terpaksa elu gua kerjain deh?” Tomi berbicara.
“Kepaksa, malam ini elo harus bisa memuaskan gue, kekasih elo” lanjutnya.
Maya semakin takut karena dia tahu apa yang akan terjadi pada dirinya, badannya mulai gentar, mukanya memucat. Air matanya mulai meleleh seiring dengan kata-kata ampunan yang keluar dari bibirnya.
“Pak Tomi… ampun pak… jangan sakiti aku…”, pintanya sambil terisak-isak. Permohonannya ini nampaknya semakin membuat Tomi terangsang.
Satu persatu dilepaskannya baju dan celananya hingga akhirnya telanjang bulat. Badan Tomi nampak gemuk dengan perut yang membuncit, beberapa gambar tatto nampak menghiasi tubuhnya.

Kemaluannya nampak telah menegang keras, ukuran juga besar dengan ujungnya yang telah basah. Maya semakin merintih-rintih ketakutan, dia pejamkan matanya sambil terus menangis. Dia sadar akan diperkosa. Tomi kemudian bergerak mendekati Maya dan meraih kepala Maya. Belum sempat berteriak, mulut Maya tiba-tiba dijejali dengan batang kemaluannya yang sudah menegang dan membuat gadis itu tersedak.

Maya berusaha terus menutup mulutnya namun setelah jempol dan jari telunjuk Tomi menutup lobang hidung Maya, diapun membuka mulutnya sebagai reaksi karena kekurangan oksigen. Langsung mendapat kesempatan itu dihujamkannya batang kemaluannya kedalam mulut Maya. Dia tak bisa berbuat apa-apa karena Tomi memegang kepala gadis itu. Rasa mual membuat Maya hampir muntah dan berusaha melepaskan kemaluan Tomi di mulutnya. Tomi gerak-gerakkan batang kemluannya di mulut gadis itu, maju-mundur dan diputar-putar didalam rongga mulut Maya. Selama sepuluh menit Tomi menjejali mulut gadis itu dengan batang kemaluannya.
Puas dengan itu kemudian Tomi mengeluarkan kemaluannya dari mulut gadis itu. Maya langsung mencoba berteriak tapi Tomi cepat-cepat membekap mulutnya dan berkata, “Diem lu, jangan berteriak atau gue bunuh kamu?”, sambil menempelkan pisau lipatnya. Maya terdiam karena takut ancaman itu. Dan hanya bisa menangis sampai gadis itu kelelahan dan lemas. Setelah sejenak menikmati wajah Maya, kini Tomi menurunkan celana dalam putih Maya dan melemparkannya ke lantai, Mayapun hanya bisa pasrah tanpa perlawanan.

“Gile, memek elo bagus banget… waw indah sekali…?” bisik Tomi kepada Maya.
Memang gadis seusia Maya memiliki kemaluan yang indah, masih perawan, bulu-bulunyapun tipis dan halus-halus tumbuh rapih berjajar disekitar lobang vaginanya dan kulit di sekitar vagina Maya tampak putih bersih.
Kedua tangan Tomi kembali meremas-remas payudara gadis itu. Maya menjerit-jerit ketika Tomi memijat-mijat putting susunya. Kembali Maya berteriak lagi, kembali pula Tomi ancam Maya “Lu bisa diem ngga…!?”.
“Sekarang, Lu harus nyobain ****** gue ini…pasti nikmat.?” Tomi berkata.
“Kita jadikan malam ini sebagai malam pengantin kita, hahaha…”, sambungnya.
“Jangaaan pak… oouuhh… jangaaan, …ampuunn pakk… ? Maya memelas.
Tapi Tomi tak peduli dengan ucapan gadis itu.
Diapun jongkok didepan Maya, dia angkat pahanya dan melebarkannya. Kepala Tomi menunduk memperhatikan kemaluannya Maya yang ditumbuhi bulu-bulu tipis, tampak belahan kewanitaan Maya masih sempit sekali dan berwarna kemerahan . Kepalanya bergerak dan mulutnya mulai menjilati kemaluan gadis itu.

Mendapatkan perlakuan itu badan Maya langsung menggeliat-geliat suaranya terengah-engah merasakan kemaluannya kegelian karena dijilati. Hanya suara erangan gadis itu saja yang terdengar, “Ehhmmhh… engghh… ouuhhh… oohh… dst”. Sementara mulut Tomi terus menjilati kemaluan Maya, tangannya bergerak ke atas dan memijat-mijat payudara Maya serta mempermainkan putting susu gadis itu.. Maya menggeliat antara sakit, geli dan takut.
Tiba-tiba Maya mengangkat pinggulnya dan mendesah lemah. Rupanya Gadis itu telah orgasme. Dari vagina gadis itu keluar cairan. Ketika melihat bibir vagina gadis itu telah basah, cepat-cepat Tomi mengarahkan kontolnya yang sudah menegang dan mendekatkannya ke bibir vagina gadis itu. Sambil memegang pinggul gadis itu, Tomi melesakkan batang kemaluannya.

Dan…”Aahhh… sssakittt… oouughhh… a.. ammpunn… pak.. oouhhh…”, Maya merintih tajam tubuhnya menegang kaku menahan rasa sakit dipangkal pahanya. Walaupun dengan susah payah akhirnya Tomi berhasil menanamkan batang kemaluannya masuk amblas ke dalam lubang kemaluan Maya yang masih sangat sempit itu. Maya menjerit kesakitan, badannya meregang kesakitan, saat merasakan penis Tomi merobek selaput daranya. Sejenak Tomi merasakan kenikmatan hangatnya lobang kemaluan Maya dan merasakan denyut-denyut dinding kemaluan Maya serasa memijat-mijat batang kemaluannya.

Akhirnya Tomipun mulai mengerakkan kemaluannya maju mundur. Tangannya memegang pundak gadis itu sedang mulutnya menciumi bibir dan pipi Gadis itu. Maya mendesah-desah dan mengerang-erang membuat Tomi semakin bergairah dan mempercepat gerakan memaju-mundurkan kemaluannya itu. “Oohh… oouufffh… ooouuh… aahh… dst”, Maya mengerang-ngerang. Tubuh keduanya telah dibanjiri oleh peluh seolah-olah mereka sedang mandi.

Puas dengan posisi itu kini Tomi mencabut kemaluannya dan membalikkan tubuh Maya. Dan memposisikan tubuh telanjang gadis itu seperti ******. Dari arah belakang kembali Tomi menghujamkan kontolnya yang kini ke dalam liang dubur gadis itu.
“Aaakhhh…!!!”, Maya kembali memekik kesakitan, badannya kembali mengejang keras menahan sakit yang teramat sangat ketika liang anusnya dibobol oleh kemaluan Tomi.

Setelah tertanam, Tomi kembali memompa dengan gerakan yang semakin cepat. Kedua tangan Tomi yang besar semakin kasar meremas-remas susu gadis itu. Maya semakin mengerang-ngerang kesakitan. Tapi Tomi tak peduli. Terus saja Tomi maju mundurkan pinggulnya dengan cepat. Sadar dirinya akan mencapai klimaks, Tomi mencabut batang kemaluannya dari lobang dubur Maya. Setelah itu dihempaskannya tubuh Maya hingga kembali terlentang. Kembali Tomi menancapkan batang kemaluannya didalam liang vagina Maya yang telah dibasahi oleh cairan kewanitaannya yang bercampur darah perawannya.

Bless…batang kemaluan Tomi menghujam masuk tanpa kesulitan, kembali digenjotnya tubuh Maya dengan cepat dan kasar, sampai-sampai dada Tomi menghantam-hantam wajah Maya yang meringis-ringis kesakitan. Kini Tomi menggoyang tubuh Maya dengan hebat hingga tubuh Maya terbanting-banting disodok oleh Tomi. Sampai akhirnya saat yang ditunggu-tunggu oleh Tomi, kini tubuh Tomi mengejang, wajahnya menyeringai menengadah keatas, otot-ototnya mengeras dan akhirnya dia menyemprotkan spermanya di vagina gadis itu, Croottt… crrottt… crrottt… jumlahnya banyak sekali.

“Oogghhh… ahh…”, Tomi memekik puas sambil terus menyemprotkan spermanya memenuhi rongga vagina Maya sambil kedua tangannya mencengkram erat pinggul Maya.
Mayapun tiba-tiba mendesah panjang… “ooouuuuhhgggg…”, sambil menerima tumpahan sperma Tomi yang melimpah ruah itu hingga meluber keluar dari sisi-sisi rongga kemaluannya badannyapun mengejang dan bergetar, sepertinya diapun mengalami ejakulasi sesuatu yang baru dialaminya seumur hidup.

Beberapa detik kemudian setelah sama-sama mengalami orgasme tubuh kedua insan itupun melemas, tubuh Tomi jatuh menindih tubuh Maya. Kini hanya suara nafas kedua insan itu yang saling memburu menghiasi akhir dari pergumulan itu. Setelah diam selama 15 menit, Tomi kemudian bangkit dari atas tubuh Maya serta melepaskan kontolnya, “Ooohhh…”, Maya mendesah panjang disaat Tomi mencabut batang kemaluannya yang beberapa menit lamanya mengisi rongga kemaluannya.
“Sayang… gimana rasanya ? enak kan ?”, tanya Tomi kepada Maya.

Mayapun diam seribu bahasa dan memalingkan wajahnya dari pandangan Tomi.
“Ayo sini sayang ada lagi tugas buat kamu…”, ujar Tomi serta meraih dan mengangkat kepala gadis itu untuk kemudian memaksa Maya menjilati batang kemaluan Tomi yang masih basah oleh sperma dan darah.
Anehnya Maya hanya pasrah dan menuruti saja perintah Tomi tadi secara perlahan-lahan diraihnya betang kemaluan Tomi yang kembali menegang itu dan kemudian dijilat-jilat serta dikulumnya batang kemaluan Tomi bak makan permen sampai bersih.

Setelah selesai dan merasa puas, Tomi bangkit dan membiarkan tubuh Maya yang telanjang itu terjatuh lemas. Tomi bergerak mendekati Maya yang masih lemah dan membisikkan kata-kata mesra di telinganya
” Kamu hebat sayang… aku cinta sama kamu”.
Karena dilihat Maya terkulai lemas dan sepertinya tertidur karena kecapaian, maka Tomi memutuskan untuk meninggalkannya dulu. Tomi ingin melihat kegiatan di ruangan lain dimana tadi terjadi pembantaian itu.

Sesampainya dirungan yang ditujunya mata Tomi terbelalak ketika melihat pemandangan yang ada diruangan itu. Teman-temannya nampak tidur tiduran sambil melepas lelah setelah membantai Anny yang tubuh telanjang Anny nampak tergeletak dengan posisi telentang dilantai, kedua kakinya mengangkang lebar dengan lutut tertekuk. Setelah diamati dari dekat oleh Tomi ternyata kondisi Anny sangat mengenaskan dia telah diperkosa secara buat oleh teman-temannya, mulutnya dipenuhi oleh cairan sperma yang mengental sampai meluber disekitar mulut dan pipinya. Rupanya oleh teman-temannya Tomi Anny dipaksa melakukan oral sex dan mereka telah menumpahkan spermanya didalam mulut Anny.

Matanya nampak sayu serta nafasnya terdengar pelan terengah-engah. Kuturunkan tatapan mataku keseputar payudaranya yang berukuran tidak begitu besar, disitu terdapat banyak bekas-bekas gigitan dan salah satu putingnya nampak berdarah, disitu juga terdapat tumpahan sperma yang telah mengering. Dan akhirnya kutatap kemaluan gadis itu, kondisinya rusak parah, kemaluannya sudah memerah dan membengkak, banyak ceceran darah dan sperma didaerah itu. Tomi menggeleng-gelangkan kepalanya melihat kondisi Anny.

Tiba-tiba Asep bangkit dia menyalakan rokoknya dan kemudian menyelipkannya dibibir kemaluan Anny.
Tomi dan Aseppun tertawa terbahak-bahak, “Kasihan dia sudah bekerja keras memuasin kita-kita orang ini, aku kasih dia rokoklah”, ujar Asep.
“Eh sebentar gwe mau kencing dulu”, ujar Asep berjalan meninggalkan ruangan pembantaian Anny sambil mengakhiri tawanya.

Diruangan itu pula Tomi bergerak kearah tumpukan pakaian Anny yang berserakan dilantai, dia rupanya tertarik dengan tas punggung Anny. Dengan rasa penasaran dia buka-buka isi tas Anny, membaca buku hariannya, membuka-buka dompet Anny, memerika ponsel milik Anny, kurang lebih 5 menit lamanya dia buka-buka itu semua. Sedang asyik-asyiknya dia membuka-buka buku Anny, tiba-tiba dia dikejutkan dengan teriakan diruangan samping. Serta merta dia berlari menuju kearah situ.

Kembali mata Tomi terbelalak serta menggeleng-gelengkan kepalanya tatkala melihat Asep ternyata tengah asyik menyetubuhi Maya.
“Sss… sorry.. b.. boss.. gwe kagak tahan… lihat cewek cantik ini…”, ujar Asep sambil terus memompakan kemaluannya didalam kemaluan Maya.
“Oouuhhh… aaahhh… jj… jangann… kasar… kassarr… oohh… oohh…”, Maya kembali merintih-rintih sambil tubuhnya terhempas-hempas sebagai akibat sodokan-sodokan keras Asep.

“D.. diem… luh… rasain… aja.. ****** gue… inii… aakkhh… akhh.. fuck ! ohh… fuck…!!”, ujar Asep sambil terus menggenjot tubuh Maya.
“Akhh… oouhhh… oh… a.. ampunn… oohh…”, Maya merintih-rintih dengan tubuh yang terhempas-hempas wajahnya meringis menahan rasa ngilu diselangkangannya.
Sepuluh menit lamanya tubuh Maya disetubuhi oleh Asep, hingga akhirnya Asep memuntahkan spermanya di lubang kemaluan Maya.

Asep terlihat sangat puas sekali dan diapun kemudian menjatuhkan dirinya disisi Maya yang kembali tubuhnya melemas. Waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam saat mereka tersadar akan waktu yang semakin mepet, tidak terasa sekian lamanya mereka mengerjain kedua gadis itu serasa waktu berlalu cepat.

Tiba-tiba birahi Tomi bangkit kembali, didekatinya kembali tubuh Maya yang tertidur kerena kecapaian itu dan dibangunkannya Maya dari tidurnya.
“Hoeii bangunnn…”, bentak Tomi kepada Maya.
“Oohhh…”, Mayapun terbangun.
“Sayangku… layanian aku lagi ya…”, bisik Tomi dengan tersenyum.
“Pedangku udah bangkit lagi nih…gara-gara kamu sih yang menggairahkan sekali…”, lanjutnya.
Mimik wajah Mayapun berubah menjadi cemas, matanya mulai berkaca-kaca.

“Pak.. Tomi… Maya udah engga kuat pak… rasanya sakittt… sekali… jangann… pak.. tolong…”, ujar Maya dengan suara yang lirih.
“Peduli setan “, balas Tomi seraya memposisikan dirinya diatas tubuh Maya.
“ooohhh… oohh…”, Maya mendesah panjang tatkala Tomi menanamkan kembali kemaluannya didalam lobang kemaluannya. Kembali tubuh Maya digenjot, disetubuhi secara kasar oleh Tomi.

Maya hanya bisa pasrah, air matanya berlinangan, tubuhnya lemah hanya mengikuti irama gerakan dari Tomi yang tengah menyodok-nyodokkan kemaluannya.
Dan setelah beberapa menit lamanya Tomi kembali berejakulasi dilobang kemaluan Maya cairan hangatnya menyembur membasahi rahim Maya.
Rasa puas nampak di raut wajah Tomi, “Hahaha…akhirnya aku berhasil mendapatkanmu gadis cantik”.
“Gue mau tanya ke elu yang terakhir kalinya, mau engga elu jadi istri gue hah ?”

Maya hanya diam membisu sambil menangis.
“Kalo elu engga mau, gue suruh temen-temen gue perkosa elu sampai mati !”, ancam Tomi.
“Inget memek elu udah gue siram ama peju gue, dan sebentar lagi elu hamil”, ujar Tomi.
Kurang lebih setengah jam lamanya Tomi “merayu” Maya, kadang terdengar bentakan-bentakan, kadang Tomi menampar wajah Maya, kadang dengan kata-kata halus, yang jelas Tomi terus meneror hati Maya.

Rupanya bujuk rayu dari Tomi tak membuahkan hasil sementara waktu sudah menunjukkan pukul 2 dinihari.
Akhirnya Tomi mempersilahkan teman-temannya untuk “mencicipi” tubuh Maya.
“Rasain tuh ******-kontolnya temen-temen gue biar mampus elu, cewek sombong !”, ujar Tomi dengan mencibir.
Tanpa membuang waktu lagi keempat teman Tomi mulai menjamah tubuh Maya.

Mereka mulai memperlakukan Maya seperti Anny. Mulai dengan Afung yang langsung menyodomi Maya setelah itu vagina Maya kembali dihajar oleh kemaluan milik Ujang, juga mulut Maya dipaksa mengulum batang kemaluannya Cecep dan setelah berejakulasi menelan spermanya, terakhir ketika Maya telah kepayahan Asep kembali menyetubuhi Maya. Kini keadaan Maya tidak jauh beda dengan Anny, seluruh wajah badan dan kemaluannya yang telah membengkak penuh dengan cairan sperma.

Kini waktu telah menunjukkan pukul 4 pagi, seluruh pemerkosa tadi telah berpakaian lengkap dan rapi. Sebelum mereka pergi, mereka menggotong tubuh Maya untuk disatukan dengan Anny. Kedua tubuh yang tak berdaya itu kini tergolek lemah, keduanya diposisikan terlentang sejajar dengan kondisi tubuh mereka yang telanjang bulat. Sebelum pergi Tomi mengecup kening Maya dan Asep kembali menyelipkan sebatang rokok yang menyala dikemaluan Maya juga Anny. Dengan diiringi tawa serta canda kelima pemerkosa itu pergi meninggalkan rumah kosong tempat dimana tubuh Maya dan Anny tergolek pingsan..

Tidak ada komentar: